Beberapa minggu terakhir, media sosial rame banget sama link yang katanya bisa buat pencairan BSU (Bantuan Subsidi Upah) Agustus 2025.
Banyak banget yang share di grup WhatsApp keluarga, komunitas kerja, bahkan sampai ke Facebook dan TikTok.
Sayangnya, setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata link tersebut adalah HOAKS.
Cek langsung klarifikasinya di Fakultas Hukum UMSU.
Jelas banget bahwa link itu bukan berasal dari pemerintah, bukan dari Kementerian Ketenagakerjaan, dan juga bukan dari bank penyalur resmi.
Artinya, siapa pun yang klik link itu berpotensi jadi korban penipuan online.
BSU dan Bansos: Kenapa Jadi Umpan Empuk?
Sebelum bahas lebih jauh, kita harus ngerti dulu kenapa BSU atau bansos selalu jadi target empuk buat oknum jahat.
-
Jumlah penerima besar – Jutaan orang berhak dapet bansos, artinya kalau ada 1% aja yang ketipu, itu udah ribuan orang.
-
Kondisi ekonomi – Banyak masyarakat butuh banget bantuan, jadi gampang percaya sama info pencairan uang.
-
Pemerintah memang rutin menyalurkan bantuan – Hal ini bikin masyarakat kurang skeptis. Kalau ada info “pencairan bansos”, mereka pikir itu beneran.
-
Trust issue – Banyak orang masih percaya lebih ke info dari grup WhatsApp ketimbang cek di situs resmi.
Dari sisi pelaku, ini peluang emas. Mereka bikin link hoaks dengan tampilan mirip situs resmi, lalu menyebarkannya lewat media sosial.
Modus Lama, Wajah Baru: Phishing
Kalau kemarin kita udah bahas soal phishing (lihat di Newstogenz), kasus BSU palsu ini sebenarnya versi terbaru dari modus lama.
🔎 Cara kerjanya:
-
Korban dapat link “pencairan BSU”.
-
Korban disuruh masukin data pribadi: NIK, KK, nomor rekening, bahkan PIN ATM.
-
Data itu langsung dikirim ke database penipu.
-
Penipu bisa jual data itu di pasar gelap, atau langsung dipakai buat pinjol, penipuan, sampai hacking akun bank.
Jadi intinya, korban ngasih data penting secara sukarela, karena mikir lagi daftar bantuan resmi.
Kenapa Banyak yang Ketipu?
-
Main di momentum
Penipu tahu kapan waktu yang pas, misalnya saat pemerintah baru ngumumin bansos cair. -
Link mirip resmi
Contoh: bsu-kemnaker2025.com atau cekbansos-goid.net. Sekilas mirip, tapi domainnya bukan .go.id. -
Bahasa marketing FOMO
“Cair sekarang sebelum terlambat!” bikin orang panik dan langsung isi data. -
Tampilan website rapi
Kadang dibuat mirip banget kayak situs pemerintah, lengkap dengan logo dan warna. -
Kurangnya literasi digital
Banyak masyarakat belum terbiasa cek keaslian link, domain, atau sumber berita.
Dari Sisi Teknologi
Biar lebih kebayang, yuk kita kupas dikit soal sisi teknologinya.
-
Script pencuri data
Begitu lo isi form di website palsu, datanya langsung masuk ke database milik penipu. -
Keylogger & Malware
Ada link yang otomatis install malware di HP/laptop lo, lalu semua aktivitas keyboard terekam. -
Dark Web Market
Data kayak NIK, nomor rekening, email, password, biasanya dijual murah di dark web. Harga bisa mulai Rp5.000 – Rp50.000 per identitas. -
AI-powered phishing
Sekarang pelaku udah pinter pake AI buat bikin link/website hoaks biar makin meyakinkan. Bahkan email atau pesan bisa dibuat natural banget kayak dari pemerintah.
Kasus Nyata: Dari BLT Sampai PKH
Kalau lo pikir cuma BSU aja yang dipakai modus, ternyata nggak. Sebelumnya, ada juga kasus:
-
BLT Dana Desa – banyak link palsu yang nyuruh isi data dan bayar “biaya admin”.
-
PKH (Program Keluarga Harapan) – korban diminta transfer uang kecil (Rp50.000 – Rp100.000) biar dana cair.
-
BPUM (Bantuan UMKM) – oknum bikin link mirip e-form bank.
Dari kasus-kasus itu, korban bukan cuma kehilangan uang, tapi juga kehilangan identitas digital yang bisa disalahgunakan bertahun-tahun.
Kenapa Hoaks Kayak Gini Sulit Diberantas?
-
Mudah dibuat – Bikin website palsu sekarang gampang banget, tinggal modal hosting murah.
-
Sebarannya cepat – WA, FB, TikTok bikin hoaks gampang viral.
-
Korban nggak lapor – Banyak orang malu ngaku ketipu, akhirnya kasus tenggelam.
-
Penegakan hukum terbatas – Pelaku sering pake server luar negeri, bikin jejak digital susah dilacak.
Tips Biar Aman dari Hoaks BSU dan Bansos
Biar nggak jadi korban berikutnya, coba ikutin tips ini:
1. Cek Domain Resmi
Website pemerintah selalu pakai .go.id.
Contoh asli: kemnaker.go.id, cekbansos.kemensos.go.id.
2. Jangan Isi Data di Link Random
Kalau ada link dari grup WA, cek dulu sumber resminya. Jangan buru-buru klik.
3. Gunakan Fitur 2FA
Aktifkan Two-Factor Authentication di email, akun bank, dan media sosial.
4. Update Pengetahuan Digital
Ikut kelas literasi digital atau baca artikel soal keamanan siber.
5. Gunakan Password Manager
Biar nggak pake password sama di semua akun.
6. Waspada kalau diminta Transfer Uang
Bansos resmi nggak pernah minta biaya admin.
Edukasi Buat Orang Sekitar
Kadang, yang sering kena jebakan ini justru orang tua atau keluarga kita yang gaptek.
-
Ajari mereka cara cek info di website resmi.
-
Bantuin install aplikasi keamanan di HP.
-
Ingatkan terus kalau bansos hanya diumumkan lewat situs atau aplikasi resmi pemerintah.
Apa yang Bisa Dilakukan Pemerintah dan Platform Digital?
Biar kasus kayak gini nggak makin parah, ada beberapa hal yang perlu diperkuat:
-
Filter lebih ketat di media sosial buat link hoaks.
-
Sosialisasi masif soal literasi digital sampai ke desa-desa.
-
Kolaborasi pemerintah dan bank untuk bikin sistem verifikasi pencairan lebih aman.
-
Blokir cepat untuk domain-domain mencurigakan.
Penutup
Kasus hoaks BSU Agustus 2025 ini jadi pengingat penting buat kita semua.
Oknum bakal selalu cari cara baru buat eksploitasi situasi, terutama saat masyarakat lagi butuh bantuan ekonomi.
Mereka memanfaatkan kelemahan literasi digital kita buat ngumpulin data, duit, bahkan identitas digital.
Jadi, jangan gampang percaya, selalu cek sumber, dan jangan lupa edukasi orang sekitar.
Ingat, di era digital ini:
Data pribadi adalah aset paling berharga. Sekali bocor, dampaknya bisa bertahun-tahun.
So, stay safe, stay critical, and jangan kasih ruang buat para penjahat digital!
Comments (0)
Belum ada komentar untuk berita ini.