Dalam satu dekade terakhir, kita telah melihat perubahan besar dalam cara manusia bekerja. Profesi yang dulu dianggap stabil, seperti desain grafis dan akuntansi, kini mulai terancam oleh kecerdasan buatan (AI).
Laporan Future of Jobs Report 2025 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, banyak pekerjaan yang akan tergantikan oleh teknologi, dan menjelang 2030, beberapa profesi bahkan bisa sepenuhnya hilang.
Tapi sebelum kita masuk ke inti pembahasan, mari kita pahami dulu siapa itu WEF dan mengapa prediksi mereka sangat berpengaruh dalam dunia kerja
Mengenal WEF: Organisasi yang Menentukan Arah Masa Depan Pekerjaan

World Economic Forum (WEF) adalah organisasi internasional yang berbasis di Swiss. Mereka berperan sebagai wadah diskusi bagi para pemimpin dunia, baik dari sektor pemerintahan, bisnis, maupun akademisi, untuk membahas isu-isu global, termasuk ekonomi, teknologi, dan dunia kerja.
Salah satu laporan yang paling ditunggu dari WEF adalah Future of Jobs Report, yang setiap tahunnya menganalisis tren pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. Dalam edisi terbaru mereka untuk tahun 2025, disebutkan bahwa otomatisasi dan AI akan mengubah wajah industri, dan beberapa pekerjaan, termasuk desain grafis dan akuntansi, diprediksi akan semakin berkurang atau bahkan menghilang.
Kenapa ini bisa terjadi? Mari kita bahas lebih dalam.
Bagaimana Manusia Bekerja Sebelum Era AI?
Sebelum teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang seperti sekarang, pekerjaan di berbagai bidang masih sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia. Desain grafis dan akuntansi adalah dua profesi yang selama bertahun-tahun dianggap "aman" karena membutuhkan keterampilan khusus dan pemikiran analitis yang mendalam.
Namun, seiring berkembangnya teknologi, terutama AI dan otomatisasi, kedua bidang ini mengalami perubahan besar. Untuk memahami bagaimana dunia kerja berevolusi, mari kita melihat kembali bagaimana pekerjaan desainer grafis dan akuntan dilakukan sebelum era AI.
Desain Grafis: Mengandalkan Kreativitas dan Keahlian Teknis

Proses Desain yang Sepenuhnya Manual
Sebelum AI membantu mempercepat pembuatan desain, seorang desainer grafis harus melalui
proses kreatif yang panjang dan kompleks.
1. Riset
& Brainstorming
Seorang desainer tidak bisa langsung membuat desain begitu saja. Mereka harus melakukan riset, memahami keinginan klien, dan menciptakan konsep visual yang sesuai dengan identitas merek atau tujuan proyek.
2. Sketsa
Manual
Sebelum ada alat desain digital seperti Adobe Illustrator atau Figma, banyak desainer yang menggambar sketsa secara manual di atas kertas. Setiap elemen desain dibuat dengan tangan, mulai dari logo, tipografi, hingga tata letak.
3. Pembuatan
Digital dengan Software
Setelah sketsa selesai, barulah desain dibuat di komputer menggunakan software seperti Adobe Photoshop, Figma ataupun Canva. Proses ini membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi, karena setiap elemen harus dibuat dari nol.
4. Revisi Manual
Jika klien meminta revisi, desainer harus memperbaiki desain secara manual, yang seringkali membutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Waktu Pengerjaan yang Lama
Sebelum AI hadir, pembuatan desain bisa memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, tergantung kompleksitas proyeknya. Jika klien menginginkan perubahan kecil sekalipun, desainer harus mengeditnya secara manual tanpa bantuan otomatisasi.
Persaingan Berbasis Keahlian & Portofolio
Karena semua desain dibuat secara manual, persaingan antar desainer bergantung pada kemampuan teknis, kreativitas, dan pengalaman kerja. Seorang desainer yang memiliki portofolio kuat dan jam terbang tinggi akan lebih mudah mendapatkan klien atau pekerjaan dibandingkan mereka yang masih pemula.
Akuntansi: Ketelitian dan Perhitungan Manual

Pencatatan Keuangan dengan Cara Konvensional
Sebelum software akuntansi berkembang, semua pencatatan keuangan dilakukan secara
manual, menggunakan buku besar, kertas kerja, atau spreadsheet sederhana.
1. Pencatatan
Transaksi Harian
Seorang akuntan harus mencatat setiap transaksi keuangan secara manual. Misalnya, setiap kali ada pemasukan atau pengeluaran, data tersebut harus ditulis dalam buku jurnal sebelum dipindahkan ke laporan keuangan.
2. Perhitungan
Pajak dan Laporan Keuangan
Semua perhitungan pajak, keuntungan, dan kerugian perusahaan harus dilakukan dengan kalkulator atau rumus manual di spreadsheet seperti Microsoft Excel.
3. Audit
dan Rekonsiliasi Akun
Akuntan harus mengecek ulang setiap angka secara manual untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam laporan keuangan. Proses ini memakan waktu lama dan rentan terhadap kesalahan manusia.
Kesalahan Manusia Sangat Mungkin Terjadi
Tanpa bantuan AI atau software canggih, kesalahan manusia dalam pencatatan keuangan sering terjadi. Akuntan harus memeriksa angka berkali-kali agar tidak terjadi kesalahan yang bisa berdampak pada bisnis atau perpajakan perusahaan.
Laporan Keuangan Membutuhkan Waktu Lama
Sebelum adanya otomatisasi, penyusunan laporan keuangan bisa memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu. Semua data harus diinput dan dihitung secara manual, yang membuat proses ini sangat lambat dibandingkan dengan sistem otomatis saat ini.
Sebelum AI, Semua Butuh Waktu dan Keahlian yang Mendalam
Sebelum era AI, pekerjaan di bidang desain grafis dan akuntansi sangat bergantung pada
keterampilan manusia.
- Seorang desainer grafis harus melalui proses kreatif yang panjang, dari riset hingga revisi manual.
- Seorang
akuntan harus mencatat dan menghitung data keuangan secara manual, yang membutuhkan ketelitian
tinggi dan waktu yang lama.
Namun, dengan berkembangnya teknologi, banyak tugas yang dulu dilakukan manusia kini bisa diotomatisasi oleh AI. Hal ini mengubah cara kerja industri, dan mereka yang tidak beradaptasi dengan perubahan ini bisa tertinggal.
Memasuki Era AI: Kecerdasan Buatan Mengubah Segalanya
AI kini tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga sudah mampu menggantikan tugas yang dulu dikerjakan manusia.
AI dalam Desain Grafis: Kreativitas yang Diotomatisasi
AI Mempermudah Proses Desain
Dulu, seorang desainer grafis harus membuat setiap elemen desain secara manual. Namun, sekarang, dengan adanya AI seperti Adobe Sensei, Canva AI, dan MidJourney, banyak tugas desain bisa dilakukan secara otomatis.
Contohnya:
- AI-Generated Design, beberapa platform seperti Canva AI dapat menghasilkan desain hanya dengan memberikan instruksi teks sederhana.
- Logo Maker AI, AI dapat menciptakan logo secara otomatis berdasarkan preferensi pengguna.
- Photo
Editing Otomatis, fitur AI di Photoshop memungkinkan penghapusan objek, manipulasi warna, dan
penyempurnaan gambar hanya dalam satu klik.
Peran Desainer Mulai Berubah
Dengan AI yang dapat menghasilkan desain dalam hitungan detik, peran desainer grafis berubah dari "pembuat desain" menjadi "pengarah kreatif". Ini berarti, daripada membuat desain dari nol, desainer sekarang lebih fokus pada:
- Mengoptimalkan hasil yang dibuat AI.
- Memberikan sentuhan kreatif dan personalisasi.
- Mengembangkan
strategi branding yang lebih kompleks.
Desain grafis tetap membutuhkan sentuhan manusia untuk memastikan hasil akhir tetap unik dan sesuai dengan kebutuhan klien. Namun, persaingan semakin ketat, dan desainer yang tidak bisa beradaptasi dengan AI berisiko tersingkir dari industri.
AI dalam Akuntansi: Otomatisasi yang Mengubah Profesi
AI Mengambil Alih Pekerjaan Rutin
Dulu, seorang akuntan harus mencatat transaksi, menghitung pajak, dan membuat laporan keuangan secara manual. Sekarang, dengan software berbasis AI seperti QuickBooks, Xero, dan FreshBooks, sebagian besar tugas ini bisa dilakukan secara otomatis.
Contohnya:
- Pencatatan Keuangan Otomatis → AI dapat menganalisis transaksi dan mencatatnya ke dalam buku besar tanpa campur tangan manusia.
- Audit dan Deteksi Anomali → AI bisa mendeteksi kesalahan atau transaksi mencurigakan lebih cepat dibandingkan manusia.
- Pajak & Kepatuhan Regulasi → AI membantu perusahaan menghitung pajak dengan lebih akurat, sehingga mengurangi risiko kesalahan.
Peran Akuntan Berubah
Dengan semakin banyak tugas yang diotomatisasi, peran akuntan pun bergeser. Sekarang, akuntan lebih banyak berfokus pada:
- Analisis Data Keuangan, menganalisis laporan keuangan untuk memberikan wawasan bisnis.
- Konsultasi Strategi Keuangan, membantu perusahaan merencanakan strategi investasi dan pengelolaan pajak.
- Keamanan dan Kepatuhan, memastikan AI bekerja sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Meskipun AI dapat menangani tugas-tugas dasar, akuntan manusia tetap diperlukan untuk tugas yang lebih kompleks seperti strategi bisnis dan kepatuhan hukum. Namun, peran mereka akan lebih fokus pada pengambilan keputusan dibandingkan tugas administratif.
Pertanyaannya, Apakah AI Akan Mengambil Alih Semua Pekerjaan?
Melihat bagaimana AI berkembang begitu cepat, banyak orang mulai khawatir: Apakah manusia masih dibutuhkan di dunia kerja?
Jawabannya adalah YA, manusia tetap dibutuhkan, tetapi dengan cara yang berbeda.
Sejarah telah membuktikan bahwa setiap revolusi teknologi selalu menyebabkan perubahan besar di dunia kerja, tetapi juga menciptakan peluang baru. Kita tidak bisa melawan AI, tapi kita bisa beradaptasi dan memanfaatkannya.
Strategi Gen-Z: Beradaptasi & Berkolaborasi dengan AI
Daripada takut kehilangan pekerjaan, Gen-Z harus pintar beradaptasi dan memanfaatkan AI sebagai alat bantu. Berikut adalah strategi yang bisa diterapkan:
1. Kuasai Skill yang Tidak Bisa Digantikan AI
AI bisa menggantikan pekerjaan teknis, tetapi ada beberapa keterampilan yang tetap
membutuhkan manusia, seperti:
- Kreativitas & Storytelling, AI bisa membuat desain, tapi tidak bisa memahami konteks budaya dan emosi manusia seperti seorang desainer profesional.
- Problem-Solving & Critical Thinking, AI hanya bisa memberikan solusi berbasis data, tetapi tidak bisa berpikir strategis seperti manusia.
- Manajemen
& Interaksi Sosial, AI tidak bisa menggantikan keterampilan interpersonal dan
kepemimpinan dalam organisasi.
2. Gunakan AI Sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti
3. Pelajari Skill Baru yang Relevan dengan AI
Agar tetap relevan di dunia kerja, Gen-Z harus mulai belajar skill baru, seperti:
- Prompt Engineering, cara memberikan instruksi ke AI untuk mendapatkan hasil terbaik.
- Data Analysis & AI Literacy, memahami cara kerja AI agar bisa menggunakannya dengan efektif.
- Digital Marketing & Branding, AI bisa membantu, tapi strategi pemasaran tetap membutuhkan manusia.

Adaptasi atau Tertinggal?
- Menolak perubahan dan tertinggal
- Belajar
beradaptasi dan tetap relevan
Dunia kerja sedang berubah, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai menyesuaikan diri. Jadi, apakah kamu siap untuk berkolaborasi dengan AI dan tetap eksis di era digital?

Comments (0)
Belum ada komentar untuk berita ini.