Oleh: Adhifatra AS, CIP, CIAPA, CASP, CPAM, C.EML
Di pagi yang dingin dan kabut tipis menyelimuti Koetaradja, Dhifa mulai hari kerjanya dengan secangkir teh tarek hangat dan tumpukan dokumen. Sebagai internal auditor, ia tahu setiap laporan yang masuk bukan hanya sekadar angka, melainkan potret kondisi sesungguhnya sebuah perusahaan.
Hari itu, ia disambut dengan sebuah laporan finansial yang penuh kejanggalan. Di balik angka-angka itu, tersimpan rahasia yang mengancam kredibilitas perusahaan. Drama pun dimulai ketika Dhifa menemukan transaksi mencurigakan yang disamarkan dengan rumitnya pengelolaan data.
Tekanan melanda, manajemen terlihat enggan memberi akses penuh, dan rekan-rekan kadang menghindari pertanyaan kritisnya. Di sinilah logika dan kemampuan analitis Dhifa diuji. Dengan ketekunan, ia mengurai jejak digital, menghubungkan titik demi titik hingga pola penyelewengan mulai terlihat jelas.
Strategi menjadi senjata penting. Bukan hanya mengandalkan temuan, Dhifa merumuskan pendekatan komunikasi yang hati-hati agar audit tidak menjadi ajang konflik, tapi sebuah proses pembelajaran. Dia membangun dialog dengan berbagai pihak, meyakinkan bahwa integritas dan transparansi adalah jalan menuju keberlanjutan perusahaan.
Di tengah ketegangan, harapan menyala. Dhifa percaya bahwa pekerjaannya membawa perubahan, bukan hanya untuk hari ini, tapi masa depan. Ia memimpikan perusahaan yang beroperasi dengan etika kuat, dimana setiap orang sadar akan pentingnya kepatuhan.
Lebih dari sekadar pekerjaan rutin, audit bagi Dhifa adalah misi. Ia memahami bahwa di balik angka dan dokumen terdapat dampak nyata bagi karyawan, pelanggan, dan lingkungan sekitar. Belum lagi, risiko hukum dan reputasi yang bisa menghancurkan jika masalah tidak segera diselesaikan. Kesadaran ini membakar semangatnya untuk terus mencari kebenaran dengan rasa tanggung jawab penuh.
Dalam proses itu, Dhifa juga belajar bahwa keterbukaan dan komunikasi adalah kunci. Ia tidak hanya mengandalkan bukti, tetapi juga membangun kepercayaan dengan berbagai bagian dan kantor cabang. Setiap audit menjadi kesempatan memperbaiki sistem dan memperkuat pengawasan, sehingga masalah yang sama tidak terulang lagi di masa depan.
Namun, jalan tidak selalu mulus. Kadang dia menemui kegagalan, ada pihak yang menutup mata atau mencoba menghalangi. Di situ, Dhifa harus bijaksana memilih kapan harus tegas dan kapan harus kompromi. Keberanian dan integritas menjadi bekal penting dalam menghadapi dilema tersebut.
Akhirnya, berita baik yang datang membawa secercah kebanggaan. Direksi menerima hasil audit dengan kepala terbuka, bersedia melakukan perbaikan. Kultur perusahaan mulai berubah, dan Dhifa yakin perjalanan panjangnya ini akan berarti lebih dari sekadar laporan. Ia mengakhiri hari dengan keyakinan bahwa seorang internal auditor adalah penjaga kepercayaan, pelindung organisasi, dan agen perubahan sejati. (Dhifa)
Comments (2)
Aqsha
05/11/2025
Sangat inspiratif dan termotivasi
Tgk Fauzan
05/11/2025
Bereh gure lon, sukses meuhase